Sabtu, 09 September 2017

keris Jangkung


KERIS                                      

Apa yang terbayang di benak anda bila
ditanya tentang “Kebudayaan Jawa” ? Hal yang mungkin muncul adalah wayang, keris dan batik. Ketiga hal tersebut, adalah karya-karya leluhur bangsa yang selain indah, juga sarat akan nilai-nilai filosofis. Bahkan ketiga-tiganya telah mendapat perhatian khusus oleh dunia melalui penghargaan yang diberikan UNESCO. Sebagai anak bangsa, tidak ada alasan untuk tidak berbangga karena nenek moyang kita adalah para seniman handal dan juga seorang filsuf.




            Pada kesempatan ini, penulis akan berbicara tentang KERIS. Menurut Bambang Harsrinuksmo, suatu benda bisa digolongkan sebagai keris bila memenuhi criteria :


Terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian bilah keris (termasuk pesi) dan bagian ganja. Bagian bilah dan pesi melambangkan wujud lingga , sedangkan bagian ganja melambangkan wujud yoni. Persatuan antara lingga dan yoni merupakan perlambang harapan atas kesuburan, keabadian dan kekuatan.


Bilah keris harus membentuk sudut tertentu terhadap ganja, tidak tegak lurus. Kedudukan bilah yang condong (menunduk) adalah perlambang dari sifat manusia Indonesia, yang senantiasa menghargai sesama dan Pencipta. Semakin berilmu, semakin tunduk orang itu.


Ukuran panjang keris yang lazim adalah antara 33 cm sampai 38 cm. Keris yang amat kecil dan pendek, tidak bisa digolongkan sebagai keris, melainkan semacam jimat berbentuk keris-kerisan.


Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga jenis logam, minimal dua, yakni besi, baja dan bahan pamor.


Orang awam, sering menganggap keris semata-mata sebagai senjata untuk pertarungan di medan perang. Pendapat semacam ini tidak bisa disalahkan karena bentuk keris memang menyerupai senjata tikam. Namun, ada fungsi lain, yang bila kita memahaminya, mungkin akan membuat kita akan kecanduan dan sangat mencintai karya nenek moyang kita ini.


Empu adalah seorang motivator. Melalui dapur (bentuk) dan juga pamor sebilah keris, seorang empu memotivasi pemegang pusaka hasil karyanya. Sebilah keris dengan pamor udan mas yang artinya adalah ”Hujan Emas”, mengandung harapan, agar pemegang pusaka selalu semangat dalam bekerja, sehingga rejeki yang diperoleh berlimpah-ruah seperti “Hujan Emas.”


Jadi, power sebuah keris, bukan terdapat pada hal gaib seperti setan, jin, ataupun makhluk halus lainnya, melainkan pada kemampuan si pemegang pusaka memaknai dan termotivasi oleh pusaka miliknya. Dengan pengertian dan pemahaman seperti itu, bisa mencegah kita melakukan perbuatan menduakan Tuhan dan memberbaiki citra keris di mata masyarakat.


Empu juga adalah seniman metalurgi. Melalui tangannya beberapa jenis logam ditempa, dibentuk menjadi berbagai macam corak (pamor),  tentu saja dengan  makna dan harapan tertentu. Lapisan besi hitam dan putih yang ditempa, bisa direkayasa menjadi ratusan jenis pamor. Misalnya pamor ngulit semangka (menyerupai kulit buah semangka), wos wutah (seperti beras yang tumpah), udan mas (hujan emas), putri kinurung (seperti putri yang dikurung), junjung drajat, pandita abala pandita (pendeta berteman dengan pendeta), dan masih banyak lagi.


Persatuan lingga-yoni yang diwujudkan melalui pesi dan ganja pada keris mengandung harapan persatuan dualitas yang ada dan membentuk dunia ini. Siang-malam, pria-wanita, angkara murka-kebenaran, semuanya ada dan akan tetap ada selama dunia ini masih terus berputar. Nenek moyang kita bukan orang biasa, mereka merangkum alam semesta di dalam karyanya




Sumber:: Adopsi Keris Grup Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar